Home » » Sejarah Penemuan Pedang Di Dunia

Sejarah Penemuan Pedang Di Dunia

Written By Unknown on Selasa, 15 April 2014 | 07.10


Pedang adalah sejenis senjata tajam yang memiliki bilah panjang. Pedang dapat memiliki dua sisi tajam atau hanya satu sisi tajam saja. Di beberapa kebudayaan jika dibandingkan senjata lainnya pedang biasanya memiliki prestise lebih atau paling tinggi.

Bilah pedang biasanya dibuat dari logam keras seperti besi atau baja. Meski begitu terdapat pedang dari emas yang digunakan sebagai hiasan saja. Untuk latihan biasanya pedang kayu yang digunakan, meski pedang dari kayu keras masih berbahaya. Senjata serupa pedang dan tombak yang menggunakan bilah obsidian digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonisasi Eropa belum mengenal logam.

Sejarah Pedang

Zaman Perunggu
Manusia telah membuat dan menggunakan senjata berpedang dari mulai zaman perunggu. Pedang yang dikembangkan dari belati ketika pembuatan pedang menjadi mungkin, sekitar 2 milenium sebelum masehi. Pedang berukuran lebih dari 1,5 meter dan sangat tidak biasa dan tidak digunakkan saat masa-masa zaman perunggu karena panjangnya mengurangi keampuhan dari perunggu. Tidak sampai logam yang lebih kuat seperti baja, menjadikan pedang panjang digunakan dalam pertempuran. khopes yang hanya berukuran 50 s/d 60cm terbuat dari perunggu juga.

Bagian gagang pedang pada mulanya memungkinkan cengkraman yang kuat, dan mencegah kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan tusukan kearah target. Pedang zaman perunggu pertama kali muncul dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah dan laut hitam, dan di Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu nordic sekitar 1400 SM menunjukkan karakteristik pola spiral. Produksi pedang di china dimulai dari zaman Dinasti Shang.

Zaman Besi
Pedang besi mengalami kenaikan penggunaan pada abad 13 SM. Bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan yang memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam produksi massal dengan ketersediaan bajan baku yang banyak. Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang; lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya, tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.

Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon ( dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan ) kedalam besi, mereka dapat membuat logam yang lebih baik ( sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja" ). Beberapa metode yang berbeda dalam pembuatan pedang telah ada dalam masa lalu, termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya, metode yang berbeda berkembang di seluruh dunia.

Ketika memasuki zaman klasik antik dan bangsa Parthia dan Sassanid di Iran, pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari yunani dan Gladius dari Romawi adalah contoh sejenis, memiliki panjang 60-70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan Spatha yang lebih panjang ( istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat kerajaan di Konstantinopel ), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.

Pedang baja China muncul pada masa abad ke 3 SM Dinasti Qin. Dao dari china ( piyin dāo )adalah pedang bermata satu, kadang-kadang diterjemahkan sebagai sabre atau broadsword, dan Jian ( piyin jiān ) bermata dua.

Zaman Pertengahan
Pedang spatha menjadi populer selama periode migrasi dan juga di abad pertengahan. Spatha Zaman Vendel didekorasi dengan hiasan Jerman. Zaman Viking terlihat kembali adanya produksi yang lebih terstandarisasi, tapi desain awalnya tetap berdasarkan spatha.

Abad ke 11 dimana pedang Norman mulai dikembangkan Quillons atau Crossguard ( pelindung silang ). Selama perang salib pada abad ke 12 sampai abad ke 13, peding berbentuk salib ini menjadi lebih stabil, dengan variasi pada gagangnya saja. Pedang-pedang ini didesain sebagai pedang pemotong, walaupun poin-poin efektif menjadi umum untuk meng-counterpeningkatan kualitas zirah. Pedang bermata tunggal menjadi populer di dataran Asia. Dikembangkan dari Dao China, hwandudaedo dari korea telah dikenal pada masa awal Zaman Tiga Negara. Katana Jepang ( ; かたな ), telah diproduksi dari masa sekitar 900 masehi, juga dikembangkan dari dao.

Zaman Pertengahan Akhir dan Renaissance
Dari sekitar tahun 1300, dengan semakin tebal dan bagus produksi zirah, desain pedang terus berevolusi dengan cepat. Transisi utamanya ialah perpanjangan gagang pedang, memungkinkan penggunaan dua tangan, dan mata pedang yang lebih panjang. Pada tahun 1400 pedang seperti ini dinamai dengan Langes Schwert ( longsword ) atau pedang panjang atau spadone, telah umum, dan beberapa Fechtbucher pada abad 15 dan 16 menawarkan bagaimana menggunakan pedang tersebut.

Varian lain adalah pedang penusuk zirah dengan tipe estoc. Pedang panjang terkenal dengan jangkauan ekstrem dan kemuampuan memotong serta menusuknya. Tipe estoc menjadi terkenal karena kemampuannya untuk menembus gap antara pelat zirah. Pegangannya kadang-kadang dilapisi dengan kabel atau kulit binatang untuk membuat pegangan yang lebih mantap dan membuatnya lebih sulit dijatuhkan dari si pengguna pedang.

Pada abad ke 16, Doppelhander ( disebut Zweihander sekarang ) membuat tren peningkatan ukuran dari pedang, dan zaman modern kembali kepada desain pedang yang ringkas dan ringan dengan penggunaan satu tangan.

Pedang di zaman ini menjadi senjata paling personal, paling prestisius, dan paling mematikan untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena pergantian teknologi peperangan. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam beladiri sipil.

Zaman Modern
Rapier merupakan evolusi dari espada ropera dari Spanyol sekitar abad ke i6. Baik rapier maupun schiavona dari italia mengubah bentuk crossguard menjadi seperti keranjang untuk perlindungan bagian tangan. Selama abad ke 17 dan 18, pedang pendek yang lebih ringan menjadi bagian esensial dari fashion di negara-negara eropa dan dunia baru, dan orang terkaya dan pejabat militer memilikinya. Baik pedang pendek maupun Rapier menjadi populer sebagai pedang eropa untuk berduel hingga abad ke 18.

Setelah pemakaian pedang ketinggalan zaman, tongkat bantu berjalan ( cane ) menjadi bagian dari pakaian gentelman. Beberapa contohnya ialah pedang tongkat yang memasukkan mata pedang kedalam tongkat untuk menyamarkannya. beladiri la canne dikembangkan untuk bertarung menggunakan tongkat ini dan sekarang berevolusi menjadi olahraga.

Setelah masa penggunaanya telah usai, pedang telah menjadi alat pertahanan diri dibandingkan menjadi perangkat persenjataan di medan perang setelah zaman modern. Bahkan sebilah pedang telah berkurang penggunaanya setelah abad 19, karena kalah praktis dengan handgun(pistol).

Pedang masih digunakan, namun hanya sebatas pada pejabat militer dan seragam upacara kemiliteran saja, walaupun kebanyakan tentara menggunakan kavaleri berat sebelum PD II. Seperti kavaleri inggris yang sudah mendesain unit pedang kavaleri baru, tetapi diganti menjadi kavaleri lapis baja pada masa akhir 1938. Tetapi peperangan menggunakan kavaleri dan pedang masih terjadi di era PD II, ketika tentara Jepang bertempur melawan penduduk pasifik, para penduduk itu masih menggunakan pedang. Tetapi pasukan jepang dengan senjata modern dengan mudah menundukkan para prajurit berpedang itu.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.